Rabu, 01 April 2009

DOA YANG MENGANCAM

Doa Yang Mengancam diangkat dari salah satu cerpen Jujur Prananto dalam Buku Kumpulan Cerpen Terbaik Kompas 2002. Film komedi ini berbalut sindiran dan sentuhan religi yang diproduksi oleh SinemArt yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo. Banyak pesan moral yang disampaikan dengan sangat apa adanya tanpa menggurui atau sok alim, tapi juga sukses mengocok perut penonton. Karena yang kocak abis bukan hanya acting Aming dan Ramzy, tapi juga Cici Tegal, Jojon dan pemain lainnya.
Bercerita tentang Madrim (Aming), seorang kuli angkut di pasar induk. Musibah datang bertubi-tubi, ia mempunyai banyak hutang, ditinggal istri dan diusir dari kontrakannya. Ia curhat ke temannya Kadir (Ramzi), penjaga mushola. Menurut Kadir, Madrim kurang berdo’a dan sholat. Walaupun Madrim nurut saran Kadir, tapi nasibnya nggak berubah.
Madrim pun kemudian terinspirasi untuk berdo’a yang bukan saja memohon tapi juga mengancam. Jika doanya nggak terkabul, ia akan menyembah setan. Dalam keadaan putus asa Madrim pergi berkelana nggak tentu arah, hingga suatu saat ia sampai di suatu padang ilalang. Nggak disangka, petir menyambar Madrim, sehingga ia koma beberapa hari. Ketika Madrim sadar, dia jadi punya kemampuan mengetahui keberadaan seseorang hanya dengan melihat fotonya. Kemampuannya itu dimanfaatkan polisi untuk melacak para buron. Hal itu mengusik Tantra (Dedi Sutomo) “buron kerah putih” yang kaya raya. Tantra menculik Madrim & menahan di apartemennya dengan memberinya gaji buta & pengawalan ketat.
Madrim pun mendadak hidup bergelimang harta. Dia bayar semua hutangnya. Madrim senang. Atas saran Kadir, Madrim mengunjungi ibunya (Nani Wijaya) di kampung. Tetapi saat Madrim lihat masa lalu ibunya melalui sebuah foto lama, Madrim pun shock dan memutuskan kembali ke Jakarta.
Dia pun kembali memohon dan lagi-lagi mengancam Tuhan agar ia dibebaskan dari “kemampuan lebih”nya yang ternyata justru menyiksa dirinya. Doanya nggak mempan, malah kemampuannya justru bertambah. Ia bukan saja bisa melihat gambaran seseorang saat ini, tapi juga gambaran di masa depan. Madrim pun semakin nggak tenang!
Tantra yang melihat Madrim selalu sedih & kesepian, berinisiatif manggil seorang pelacur kelas atas. Ternyata pelacur itu adalah Leha (Titi kamal), istri Madrim! Madrim merayu Leha supaya mau hidup bersamanya lagi seperti dulu. Tapi Leha memilih jalan lain.
Madrim sangat terpukul. Dia memutuskan “membuang” semua kekayaannya. Madrim pun memutuskan untuk pergi ke padang ilalang. Dia berteriak memanggil petir agar menyambarnya, dengan harapan kekuatannya hilang & ia kembali menjadi manusia biasa. Berhari-hari Madrim bergolek di padang ilalang sampai nyaris mati lemas, tapi petir nggak kunjung datang.
Kadir dan orang-orang desa yang menemukan Madrim berdo’a untuk keselamatannya. Madrim merasa iri pada orang-orang yang masih bisa berdo’a, karena dirinya sudah takut berdo’a. Kadir menyarankan agar Madrim tawakkal dan memulai hidup baru.
Kelebihan film ini, sekali lagi, sarat taushiyyah...terutama lewat acting seorang Ramzy yang dibawakan dengan sangat apa adanya dalam fenomena kehidupan kita sehari-hari. Nggak berlebihan, juga nggak menggurui. Cocok banget dengan kondisi masyarakat kita yang lagi haus siraman rohani hari butuh film-film bermutu, bukan yang cuma bisa mengandalkan tema mistik dan pornoaksi.

Makna yang tersirat dari film ini:
1. Kalau pengen punya indera ke-6 (6th sense), ancam aja ALLOH...jadi bisa temenan sama setan. (A'udzubiLLAH min dzalik!) Kesimpulannya, kecuali Nabi, orang-orang yang merasa punya kelebihan seperti Madrim, itu bukan lah mauhibah dari ALLOH tapi itu bisikan dari syaithon.
2. Jadi orang harus kerja keras untuk maju. Tapi jangan lupa juga berdo'a & tawakkal. Yakin bahwa ALLOH pasti akan menjawab do'a kita, apa pun cara-NYA...sesuai apa yang kita minta, menggantinya dengan yang lebih baik dari yang kita minta atau akan dijawab di syurga-NYA kelak.
3. Pandai-pandailah bersyukur. Jangan hanya merasa kurang dan kurang terus. Mensyukuri ni'mat-NYA diiringi dengan do'a dan ikhtiar.
4. Jangan lupa sama orang tua dan sekeliling kalau udah sukses. Siapa pun dan apa pun masa lalu orang tua kita.
5. Jangan pernah berfikir bahwa kehilangan adalah akhir dari segalanya. Karena masih ada hari esok yang nggak pernah kita tahu apa jadinya. Hikmah itu indah.

Tidak ada komentar: